🌾🌾🌾
بسم الله الرحمن الرحيم
ANTARA MENUNTUT ILMU DAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
〰〰〰〰〰
🔵Sebuah pertanyaan diajukan kepada Asy-syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh, tentang seorang penuntut ilmu yang ingin pergi bersama saudara-saudaranya fillah untuk menuntut ilmu, tapi keluarganya yaitu ibu dan bapaknya menghalanginya. Apakah yang harus dia lakukan??
🔵Asy-Syaikh menjawab:
هذا الطالب إن كان هناك ضرورة لبقائه عندهم فهذا أفضل مع أنه يمكنه أن يبقى عندهم مع طلب العلم؛ لأن بر الوالدين مقدم على الجهاد في سبيل الله، والعلم من الجهاد، وبالتالي فيكون بر الوالدين مقدمًا عليه إذا كانا في حاجة إليه.
أما إذا لم يكونا في حاجة إليه ويتمكن من طلب العلم أكثر إذا خرج فلا حرج عليه أن يخرج في طلب العلم في هذه الحال، ولكنه مع هذا لا ينسى حق الوالدين في الرجوع إليهما وإقناعهما إذا رجع،
وأما إذا علم كراهة الوالدين للعلم الشرعي فهؤلاء لا طاعة لهما، ولا ينبغي له أن يستأذن منهما إذا خرج؛ لأن الحامل لهما كراهة العلم الشرعي.اﻫ
📌"Penuntut ilmu ini, apabila di sana ada kedaruratan untuk tinggal bersama mereka (keluarga) maka itu lebih utama bersamaan dengan mungkinnya dia tinggal di sisi mereka sambil menuntut ilmu.
Sebab birrulwalidain (berbakti pada kedua orang tua) dikedepankan daripada jihad fi sabilillah, dan (menuntut) ilmu termasuk jihad. Sehingga dengan ini jadilah birrul walidain dikedepankankan dari menuntut ilmu jika kedua orang tua butuh kepadanya.
📌Adapun jika keduanya tidak membutuhkan (sang anak) dan memungkinkannya untuk menuntut ilmu lebih banyak jika keluar maka tidak mengapa baginya untuk keluar menuntut ilmu pada kondisi ini.
Akan tetapi bersamaan dengan (perginya dia menuntut ilmu tsb) jangan lupa hak kedua orang tua untuk pulang dan membuat keduanya lega jika pulang.
📌Adapun jika diketahui kebencian kedua orang tua terhadap ilmu syariy, maka tidaklah ada ketaatan kepada keduanya, dan tidak seyogyanya minta izin kepada keduanya jika (hendak keluar untuk menuntut ilmu), dikarenakan yang menjadi pendorong (untuk menahan sang anak) adalah kebencian terhadap ilmu syar'iy." [kitabul ilmi: 155]
🔵Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy hafidzohulloh juga menfatwakan dengan perincian sebagaimana di atas, dan beliau berkata:
هذه فتوى الطرطوسي بل فتوى جمهور العلماء. اﻫ
“Ini adalah fatwa Imam Ath-Thurthusi, bahkan merupakan fatwa jumhur Ulama.” [Catatan Dars Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi]
Seseorang ketika mendapati kebutuhan orang tua terhadapnya, baik itu untuk merawat atau mencarikan nafkah disebabkan ketuaan mereka, ataupun sebab-sebab lain yang menghalanginya untuk rihlah menuntut ilmu hendaknya betul-betul ikhlas dan sabar serta ihtisab (mengharap pahala) dalam menjalani hal tersebut, dengan tetap menjaga semangat untuk menuntut ilmu melalui sarana-sarana yang dimudahkan.
Jika hal ini telah terwujud, yakinlah bahwa Alloh pasti akan memberi jalan keluar.
🔵Asy-Syaikh Muqbil rohimahulloh ketika menjelaskan semisal fatwa di atas, beliau menutup dengan nasehat:
﴿وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا﴾ إذا اتقيت الله لعل الله يوفق لك أو أنك تشتري الأشرطة العلمية. اﻫ
“Siapa saja yang bertaqwa kepada Alloh maka Alloh akan jadikan untuknya jalan keluar. Jika engkau bertaqwa kepada Alloh, semoga Alloh memberikan taufiq kepadamu. Atau (engkau juga bisa mencari jalan keluar) dengan membeli kaset-kaset ilmiyah (untuk didengar). [ijabatussail: 510]
🔵Sebuah contoh nyata bagaimana ketaatan kepada orang tua dalam kondisi ini bisa menjadi sebab kebaikan bagi sang anak, adalah kisah yang disebutkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam As-Siyar: (12/ 145)” bahwa Abdulloh bin Jafar bin Khoqon Al-Marzawiy berkata: Aku mendengar Bundar berkata:
أردت الخروج -يعني الرحلة- فمنعتني أمي فأطعتها فبورك لي فيه.
“Aku ingin keluar (yakni: rihlah menuntut ilmu), tapi ibuku melarangku, kemudian aku mentaatinya, maka akupun diberkahi (oleh Alloh) padanya.”
Siapakah yang tidak mengenal Imam ini, Muhammad bin Basysyar al-Bashriy, yang kemudian lebih dikenal dengan julukan Bundar yang bermakna Penghafal dikarenakan kuat dan banyaknya hadits-hadits yang beliau hafal.
Ternyata keberkahan ilmu yang beliau dapat diantara sebabnya adalah ketaatan kepada Ibu.
Semoga Alloh memberikan taufiq kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada orang tua dan untuk menuntut ilmu agama-Nya yang mulia.
📝Purworejo, 25 Jumadits Tsaniyah 1438
Akhukum: Abu Zakaria Irham bin Ahmad Al-Jawiy waffaqohulloh
🌾🌾🌾




















